Dari Ponorogo ke Kamboja: Kisah Buronan Narkoba yang Terjaring di Tengah Penyelundupan Sabu Rp 5 Triliun
Dunia kejahatan narkoba internasional bergetar ketika nama Dewi Astutik, alias Paryatin (43), muncul sebagai buronan utama. Dikenal sebagai ‘gembong narkoba’ yang mengendalikan jaringan penyelundupan sabu senilai Rp 5 triliun, sosok ini akhirnya ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di Kamboja. Bagaimana seorang wanita dari Ponorogo bisa menjadi kambing hitam dalam operasi besar ini? Dan apa yang terjadi di balik keluarga yang terkejut?
Di Balik Kebiasaan Harian: Seorang Ibu yang Terjebak dalam Dunia Gelap
Paryatin, yang dikenal sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri, ternyata memiliki rahasia yang tak terduga. Selama ini, ia terlihat sebagai ibu yang sibuk bekerja, menjaga rumah, dan menjaga keharmonisan keluarga. Tapi dibalik itu, ia menjadi jantung dari bisnis narkoba yang mengalir hampir di seluruh penjuru Indonesia. Ketika kabar penangkapan beredar, suaminya, Sarno, hanya bisa terdiam.
“Keluarga syok, tidak mengira, katanya ya baik-baik kerjanya,”
ujarnya, seolah mencoba menenangkan hati yang bergetar.
“Di media ada fotonya, saya syok dan kaget. Tapi saya pasrah. Di rumah saja susah didiknya. Tapi yagimana,”
tutur Sarno, yang tampak kecewa namun tak bisa berbuat apa-apa.
Suara Sarno menggambarkan kekejutan keluarga yang terjebak dalam kehidupan tersembunyi sang istri. Tapi dibalik kekecewaan itu, ada kebenaran yang tak terbantahkan: Paryatin tak hanya terlibat dalam penyelundupan sabu, tapi juga menjadi jembatan antara Jawa Timur dan dunia perdagangan narkoba global. Bagaimana perjalanan dari seorang ibu rumah tangga ke buronan kelas kakap? Ternyata, jawabannya tersembunyi dalam ranah yang tak terduga.
Operasi Besar di Kamboja: Penangkapan yang Menutup Pelarian Panjang
BNN dan Interpol bekerja sama mengungkap jaringan narkoba yang sudah menyembunyikan diri selama bertahun-tahun. Paryatin, yang sempat terdaftar sebagai buronan Interpol, akhirnya ditangkap di Kamboja—negara yang menjadi titik akhir perjalanan kejahatannya. Dulu, ia bekerja sebagai TKW, tapi sekarang menjadi aktor utama dalam bisnis sabu yang diangkut secara ilegal ke berbagai wilayah. Penangkapan ini menjadi puncak dari operasi yang menelusuri jejak ratusan kilogram sabu yang diperkirakan bernilai miliaran rupiah.
Yang menarik, jaringan ini dikaitkan dengan Fredy Pratama, seorang pengacara yang juga disebut sebagai penggerak dalam operasi penyelundupan besar. Tapi apakah Paryatin benar-benar memiliki peran yang lebih dalam? Pertanyaan ini menjadi bahan analisis sekaligus peringatan bagi semua yang terlibat dalam bisnis gelap ini. Penangkapan di Kamboja bukan hanya menutup pintu kabur, tapi juga mengungkap kisah kompleks di balik seorang ibu yang jadi bintang kejahatan.